Notula : Pertemuan Ke-8
Notulis : Ihan Nurdin
Hari, tanggal : Rabu, 20 September 2017
Topik : Mengenal Ragam Bahasa Indonesia
Pemateri : Yarmen Dinamika
Kualitas sebuah tulisan ditentukan oleh empat hal:
- Ide
- Bahan
- Bahasa
- Teknik Penyajian
Sekilas Mengenai Asal Usul Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia yang kita pakai hari ini adalah Bahasa Melayu Riau. Bahasa ini awalnya digunakan di wilayah Pulau Anambas, salah satu wilayah di Riau. Bahasa Melayu Riau ini pula yang digunakan untuk menuliskan Gurindam 12 oleh Raja Haji Ali yang kemudian menjadi terkenal seantero Indonesia.
Bahasa ini awalnya berfungi sebagai lingual franca atau bahasa penghubung/pengantar. Bahasa ini kemudian menjadi cepat berkembang karena mudah dipahami oleh masyarakat Indonesia yang berasal dari berbagai suku.
Ketika Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, Bahasa Melayu Riau ini diikrarkan sebagai bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia. 17 Tahun kemudian pada 1945 ditetapkan sebagai bahasa negara.
Tidak ada negara di dunia ini yang mampu menemukan bahasa negaranya dengan sangat cepat kecuali Indonesia. Bahkan Amerika sekalipun, negara Adikuasa di dunia ini hingga hari ini masih menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi mereka.
Bahasa negara yang pernah menjajah Amerika. Hal yang sama juga dialami Australia, yang juga mengadopsi bahasa negara Inggris yang pernah menjajah Australia sebagai bahasa resmi negara. Tak terkecuali Malaysia, meski bukan sebagai bahasa resmi negara.
Menariknya Indonesia, meski pernah dijajah oleh Belanda, Jepang dan Portugis di beberapa wilayah. Namun tidak menggunakan salah satu bahasa negara tersebut sebagai bahasa negara. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia.
Namun berbeda dengan Timor Leste, negara ini justru menggunakan beberapa bahasa sekaligus yaitu Portugis (karena pernah dijajah Portugis) dan Tetun (bahasa asli Timor Leste) sebagai bahasa resmi, Bahasa Indonesia (karena pernah menjadi bagian NKRI), dan Bahasa Inggris (karena dekat dengan Australia).
Bahasa merupakan 'nyawa' dalam media. Tanpa bahasa media itu tidak bermakna apa-apa. Bahasa menjadi medium bagi kalangan penyair, penulis, insan pers, untuk menukilkan karyanya. Bahasa menempati fungsi PENTING dan STRATEGIS dalam menentukan kualitas sebuah tulisan dan orasi.
Kedudukan bahasa sama pentingnya dengan ide, bahan dan teknik penyajian dalam sebuah karya.
Indonesia membakukan bentuk tulisan. Sehingga, meskipun dialek dan logat tuturnya berbeda karena keberagaman suku-suku di Indonesia, tidak merusak nilai tatanan Bahasa Indonesia itu sendiri.
Di Indonesia dikenal LIMA kelompok Ragam Bahasa:
1. Ragam Bahasa Menurut Media Pembicaraannya:
a) Ragam Lisan:
- Ragam Bahasa Cakapan/Tutur)
Beberapa kata yang perlu diperhatikan dalam menulis, karena lazimnya salah ketika dituturkan/dicakapkan:
- imbau bukan himbau
- utang bukan hutang
- empas bukan hempas
- impit bukan himpit
- embus bukan hembus
- elite bukan elit
- karier bukan karir
- varietas bukan varitas
- urine bukan urin
- hierarki bukan hirarki
- higienis bukan higinis
- ambulans bukan ambulan
- balans bukan balan
- kompleks bukan komplek
- teleks bukan telex
- respons bukan respon
- kans bukan kan (kesempatan)
- skors bukan skor
- inses bukan incest
- standardisasi bukan standarisasi
2) Ragam Bahasa Pidato/Orasi
Dalam Bahasa Pidato, peralihan paragraf/topik ditandai dengan "hadiri yang kami muliakan, hadirin yang kami hormati, dan sebagainya.
Dalam pidato ada empat tahapan:
i. Greeting: bertemu dengan audiens
ii. Opening: pembukaan
iii. Containing: isi pidato
iv. Closing: penutupan
Orang yang naik panggung tanpa persiapan akan turun panggung tanpa kehormatan. Intonasi menjadi sangat penting dalam pidato, karena berfungsi sebagai 'tanda baca.'
Insan publisistik yang baik bahasa lisannya sebaik bahasa tulisannya. Smart writing harus didukung oleh public speaking yang sama baiknya. Tapi yang terpenting adalah kita paham bahwa Ragam Pidato beda dengan Ragam Tulisan.
3) Ragam Bahasa Kuliah/Ceramah
Digunakan dalam perkuliahan dan di sini bercampur-campur, ada menggunakan bahasa tulisan, lisan, dan rumus-rumus.
4) Ragam Bahasa Panggung (dipakai untuk lakon drama, sinetron, dan film)
Awalnya ketika film, sinetron, telenovela belum terkenal, seni panggung yang pertama namaya tonil/sandiwara, orang yang bertutur di atas panggung tidak sama gaya bahasanya dengan yang di luar panggung. Hampir seperti dialog film saat ini. Ragam bahasa ini mewakili tonil, film, sinetron, dan telenovela.
b) Ragam Tulis:
- Ragam Bahasa Teknis (rumus-rumus, bahasa ilmiah)
- Ragam Bahasa Undang-undang
Mengambil bahasa undang-undang ke karya tulis yang lain harus serupa dengan bentuk aslinya. Misalnya Pasal ditulis dengan P kapital. Bahasa daerah yang sudah diundangkan tidak perlu dimiringkan lagi misalnya: subak (Bali), gampong, meunasah, mukim (Aceh).
Bahasa yang salah di undang-undang harus dianggap benar. Contoh: singkatan Undang-Undang Dasar 1945 disingkat UUD 1945, padahal yang benar UD 1945, Perserikatan Bangsa-Bangsa disingkat PBB, yang benar padahal PB, inilah yang disebut BAHASA BEKU.
- Ragam Bahasa Surat
- Ragam Bahasa Catatan/Notula
2. Ragam Bahasa Santai
Ragam bahasa ini dipakai bukan dalam forum dan konteks resmi atau formal. Banyak digunakan dalam suasana rileks atau pembicaraan yang tidak serius.
3. Ragam Bahasa Prokem/Slank
Bahasa pasaran yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Intinya sama-sama mengerti.
Contohnya seperti:
- Kepo = Sok
- Mager = Malas gerak
- Gabet = Galau berat
- Sotoy = Sok tau
- Titi dj = hati-hati di jalan.
4. Ragam Bahasa Menurut Hubungan Antar Pembicara
Ini dibedakan berdasarkan akrab tidaknya pembicara/komunikator dengan audiens, meliputi:
Ragam Bahasa Resmi, (contoh pertemuan kepala daerah dengan presiden, dengan siapa kita bicara menentukan).
Ragam Bahasa Agak Resmi, (misalnya wagub dengan gubernur, tetapi mereka sudah lama kompak karena paket pilkada).
Ragam Bahasa Akrab, (dengan teman, teman sebaya, dilakukan kelompok yang kecil jumlah komponennya).
5. Ragam Bahasa Berdasarkan Pokok Pembicaraan
Ragam bahasa ini terdiri atas:
A. Ragam Bahasa Undang-Undang
B. Ragam Bahasa Ilmiah (digunakan dalam bentuk karya ilmiah, jurnal,)
C. Ragam Bahasa Sastra (rujukannya ke puisi, prosa, cerpen, dalam puisi nggak ada aturan arus kapital huruf awalnya. Punya langgam tersendiri)
D. Ragam Bahasa Jurnalistik
Ada tujuh ciri-ciri Ragam Bahasa jurnalistik yaitu,
i. Singkat (tidak bertele-tele, pendek)
ii. Menarik (menarik minat orang untuk membaca)
iii. Langsung (banyak menggunakan bahasa yang kalimat aktif)
iv. Lugas (mudah dipahami, tidak berbelit-belit)
v. Padat dan Jelas (lengkap unsur yang ingin diinformasikan, menggunakan kata-kata yang bermakna denotafif atau bermakna sebenarnya bukan konotatif.
vi. Sederhana (mudah dicerna)
vii. Harus sesuai dengan PUEBI/EYD
Bahasa jurnalistik itu egaliter/setara, nama orang tak perlu pakai 'pak/bu'.Dalam bahasa jurnalistik ada kesepakatan yang tidak berlaku dalam ragam bahasa lainnya, misalnya: Amir (12). Yang dalam kurung itu sudah dipahami sebagai umur.
Kelebihan bahasa jurnalistik adalah efektif (sangkil) dan efisien (mangkus). Selain itu pada gelar seseorang diambil yang paling tinggi saja. Misalnya Zenra S.H, M.H tulis saja Zenra, M.H.
Dalam kenyataannya bahasa baku tidak dapat dipakai dalam segala keperluan dan keadaan, melainkan hanya untuk:
1. Komunikasi Resmi
2. Wacana/Teks/Teknis
3. Pembicaraan di Depan Umum
4. Pembicaraan dengan Orang yang Dihormati
Hati-hati berbahasa, pilih diksi yang paling tepat, hindari kata mendua arti, dan sangat tidak etis jika bahasa mengandung cacat semantik yang Anda gunakan, justru mengakibatkan orang berseteru atau berkonflik atau tersinggung hanya gara-gara bahasa Anda kasar, agitatif, dan mendua makna (double meaning atau ambigu).
Menurut Prof. Robert Sibarani; Ahli Bahasa Antropolinguistik dari USU, definisi bahasa yang ia kumpulkan ada sembilan.
Bahasa adalah; sistem lambang yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi sehingga mereka bisa saling berinteraksi dan memahami pesan yang disampaikan lawan bicara. (definisi ini sudah mewakili penjabaran dari yang sembilan tersebut).
Posting Komentar