Notula : Pertemuan Ke-9 Kelas Menulis FAMe
Hari/Tanggal: Rabu, 27 September 2017
Tempat : Anjungan Aceh Singkil, Kompleks Tarasa Banda Aceh
Pemateri : Fairus M. Nur Ibrahim
Judul : Teknik Menulis Feature
Notulis : Ihan Nurdin
Tempat : Anjungan Aceh Singkil, Kompleks Tarasa Banda Aceh
Pemateri : Fairus M. Nur Ibrahim
Judul : Teknik Menulis Feature
Notulis : Ihan Nurdin
Pak Fairus mengawali materinya dengan menceritakan sepenggal kisah tentang sahabat Nabi Muhammad yang hidup pada masa 502 M.
Seorang sahabat berambut ikal, hidungnya bangir, khas orang Arab. Masyarakat menganggap dia sebagai seseorang yang sangat baik. Pada hari Jumat, saat azan menggema dia berjalan tertatih menuju masjid yang jaraknya sekitar 10 km dari kediamannya.
Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang lelaki tua yang berjalan tertatih-tatih dengan tongkatnya tang juga hendak salat Jumat. Karena tak sampai hati, lelaki ini membantu bapak tua itu hingga sampai ke masjid. Nah, biasanya ia selalu berada di shaf depan saat Salat Jumat, tapi kali ini dia terlambat karena harus menolong orang tua tadi.
Pada lain waktu di musim dingin, pria tadi memakai mantel saat hendak salat Subuh di masjid. Karena masih kedinginan ia memakai selapis mantel lagi. Namun, di perjalanan ia bertemu dengan seorang pria tua yang sedang menggigil karena kedinginan. Si lelaki baik hati ini pun memberikan satu mantelnya untuk pria tersebut.
Pada kali yang berbeda, ia pulang ke rumah dengan sangat lapar dan bertanya pada istrinya apakah ada sesuatu yang bisa dimakan? Sang istri memberinya sepotong roti isi daging. Saat pria ini hendak memasukkan roti itu ke mulutnya, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Ternyata seorang musafir yang sedang kelaparan dan minta sesuatu yang bisa dimakan. Laki-laki ini lantas membelah rotinya. Setengahnya ia berikan kepada si musafir, setengahnya lagi untuk ia makan sendiri.
Dari cerita ini pemateri mengajak peserta berdiskusi, apakah nukilan cerita itu cukup memberikan gambaran relatif detail bagi peserta? Misalnya, lewat cerita ‘hidung bangir, khas orang Arab’, lewat ‘ketukan pintu’ dan juga lewat ‘roti isi daging’. Setidaknya pembaca mempunyai gambaran seperti apa hidung lelaki baik dalam cerita itu. Pembaca juga jadi mengetahui jika pintu rumahnya pastilah terbuat dari kayu karena diketuk.
Cerita ini juga mengundang imajinasi pembaca, terutama saat membayangkan seperti apa bentuk rotinya?
Menulis feature bisa diartikan sebagai karya tulis kreatif yang ditulis berdasarkan fakta-fakta, namun disajikan dengan bahasa yang indah, menyimpan peristiwa-peristiwa yang ada suspense-nya, sehingga membuat orang ingin membaca sampai akhir (tuntas), dan ditutup dengan kesimpulan atau kalimat yang menggebrak atau menyentuh perasaan pembaca. Ini yang membuat karya feature terus diingat pembacanya.
Dalam feature terkadang ada unsur subjektif dan improvisasi, bahkan kerap masuk perasaan si penulis.
Unsur penting dalam penulisan feature:
1. Deskripsi
Yaitu, menggambarkan cerita secara rinci berdasarkan apa yang ditangkap oleh pancaindra (mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah).
Penulisan deskripsi merupakan gabungan antara kecakapan penulisnya, pengumpulan bahan melalui reportase, kumpulan observasi (riset dokumen), dan kemampuan yang baik untuk merangkum secara detail.
Menulis deskripsi ini sama seperti seseorang memotret, hanya saja medianya tulisan bukan foto. Tugas seorang penulislah memperlihatkan apa yang ‘dipotret’ oleh pancaindra melalui tulisan.
2. Mengembangkan Fantasi dan Imajinasi
Dalam proses mengembangkan feature menjadi memukau seperti sebuah cerita fiksi, namun tetap berdasarkan data dan fakta.
Dalam menulis feature, buatlah pembukaan paragraf dengan sangat menarik dan enak. Tidak soal menyita banyak energi dan waktu untuk membuat awal paragraf yang menarik ini. Sedangkan untuk membuat pembaca terkesan tutuplah feature dengan sesuatu yang berkesan, bisa dengan pernyataan atau dengan pertanyaan.
Salah satu karakteristik yang penting dalam membuat feature adalah menggambarkan apa yang dirasakan, bukan apa yang dipikirkan penulis. Feature merupakan karya jurnalistik. Inti dari karya jurnalistik adalah data dan kejujuran. Dalam praktiknya, menulis feature mirip cara kita menulis cerpen atau novel, tapi semua kisahnya berangkat dari kenyataan, bukan khayalan atau fiksi.
Terpenting, kata Pak Fairus, apa pun yang kita lakukan harus berangkat dari hati.Dalam konteks menulis, jika tidak berangkat dari hati dan niat yang kuat maka akan tercermin dalam karya yang dihasilkan. Menariknya, untuk membuat tulisan feature ini tidak harus menjadi wartawan.
Salah satu karakteristik yang penting dalam membuat feature adalah menggambarkan apa yang dirasakan, bukan apa yang dipikirkan penulis. Feature merupakan karya jurnalistik. Inti dari karya jurnalistik adalah data dan kejujuran. Dalam praktiknya, menulis feature mirip cara kita menulis cerpen atau novel, tapi semua kisahnya berangkat dari kenyataan, bukan khayalan atau fiksi.
Terpenting, kata Pak Fairus, apa pun yang kita lakukan harus berangkat dari hati.Dalam konteks menulis, jika tidak berangkat dari hati dan niat yang kuat maka akan tercermin dalam karya yang dihasilkan. Menariknya, untuk membuat tulisan feature ini tidak harus menjadi wartawan.
Tambahan dari Pak Yarmen Dinamika yaitu dalam menulis feature harus ada:
- Pilihlah bahan yang menarik untuk ditulis jadi feature, terutama karena mengandung human interest story (HIS).
- Jika materi atau jalinan kisahnya biasa-biasa saja, tak mengandung HIS, disarankan tak usah tulis feature, tapi tulislah menjadi straight news (berita lempang) saja.
- Nama penulis feature harus dicantumkan lengkap pada pengujung karyanya. Tapi wartawan yang menulis berita masih ditolerir untuk hanya memakai inisial atau kode namanya saja.
- Kebanyakan feature ketika dimuat di media cetak, judulnya dimiringkan. Ini untuk membedakannya dengan berita.
- Feature biasanya dimuat bersama foto atau minimal ilustrasi penunjang. Hampir tak ada feature yang disajikan kepada pembaca tanpa foto yang relevan dengan apa yang dinukilkan dalam feature.
إرسال تعليق